Selasa, 13 November 2012

Inspirasi dari Bukit Doa Pinaling

BUKIT Doa Pinaling, tempat wisata rohani ini, memang masih kalah terkenal dibanding Bukit Kasih yang terletak di Kawangkoan, namun mengenai keindahan panorama yang berada di tempat itu, Bukit Doa Pinaling tak kalah dengan Bukit Kasih.

Terletak di Desa Pinaling, maka dinamakan Bukit Doa Pinaling, tetapi lokasinya sendiri berjarak tiga kilometer dari desa tersebut. Sementara dari Kota Amurang berjarak sekitar lima kilometer. Jadi sekitar delapan kilometer dari Kota Amurang untuk menuju Bukit Doa Pinaling.


Tidak seperti saat ini, Februari tahun 2009 saat wartawan harian Tribun Manado berkunjung ke tempat itu, butuh perjuangan untuk menuju lokasi wisata bukit doa ini, tanah dan aspal yang rusak telah menjadi satu, bahkan batu-batu besar dari aspal rusak itu tak bisa dilalui lagi oleh kendaraan roda empat. Kendaraan roda dua pun akan terhambat jika dipaksa melalui jalan satu-satunya  ini.

Yang bisa dilakukan untuk menuju lokasinya, kendaraan harus diparkir di Desa Pinaling, dan harus berjalan kaki naik turun gunung sejauh tiga kilometer.

Panorama alamnya memang sangat asri dan indah, dialiri sungai yang airnya masih jernih, penuh dengan pepohonan  yang masih alami, namun keindahan tersebut serasa tak berarti, karena 14 titik perhentian yang ada tak terawat lagi.

Areal Bukit Zaitun dipenuhi dengan rumput-rumput setinggi 30 centimeter hingga setengah meter, hingga menutupi tangga menuju bukit itu, Tangga menuju Bukit Golgotanya penuh dengan sampah dedaunan.

Rumah perjamuan akhir, kandang domba yang menggambarkan Jesus dilahirkan penuh dengan debu,  hal yang sama juga terlihat pada rumah teladan yang menggambarkan  Jesus  semasa kecil dibesarkan.

Goa doa Bunda Maria lantainya penuh becek, bagian atasnya banyak terdapat sarang laba-laba. Pohon-pohon yang sengaja ditanam di areal wisata itu, tak pernah di pangkas lagi, sehingga sekarang terlihat seperti hutan, bukan lagi tempat wisata.

"Sudah dua tahun belakangan, orang yang datang sangat kurang, karena kondisinya yang sudah tak terawat, " kata Joy, penjaga Bukit Doa Pinaling.

Dituturkan Joy Rombon (43),  tahun 2003 pertama kali dibangun, pengunjung yang datang  sangat banyak, tiap bulan pemasukan bisa mencapai Rp 10 juta,  dari biaya masuk Rp 1000  ribu  per orang  dan biaya parkir kendaraan juga Rp 1000 per kendaraan.


Sambung Joy, padahal dulunya tempat ini sering digunakan untuk menggelar ibadah kebaktian kebangunan  rohani (KKR), baik dari sekolah-sekolah, maupun universitas, Bahkan bukan hanya umat Nasrani saja yang datang, umat Muslim, Hindu, dan Budha juga sering datang untuk berwisata.

"Tempat ini sering pula dikunjungi oleh umat Muslim, Hindu, maupun Budha yang ingin berwisata," ujar Bapak lima anak ini.

Lokasi Wisata ini, sampai saat ini masih kepemilikan pribadi Jhony Walla. Dikatakan Joy, pembangunan Bukit Doa Pinaling semua dananya berasal dari Jhony Walla, bahkan tanahnya dibeli perlahan-lahan dari warga sekitar, hingga sekarang kurang lebih seluas 30 hektar, semuanya khusus untuk membangun wisata Bukit Doa Pinaling.

"Pengaspalan jalan yang menghubungkan Desa Pinaling dengan Bukit Doa sejauh tiga kilometer dibiayai  oleh Pak Walla, dana yang dihabiskan kurang lebih 700 jutaan rupiah, sedangkan untuk membangun areal wisata di luar jalan, sekitar lima  milllyar dihabiskan pak Walla," jelas Joy.

Sewaktu Bukit Doa masih ramai-ramainya dikunjungi orang, di malam hari lokasi wisata sangat terang-benderang oleh sinar lampu di tengah pegunungan, namun sekarang gensetnya sudah tidak difungsikan lagi.

"Butuh belasan orang memang untuk membersihkan dan merawat kembali kompleks wisata ini, sebab  luasnya saja kurang lebih 30 hektar, tetapi pemiliknya sudah berencana untuk memfungsikan wisata ini,  seperti dulu lagi," tutur suami dari Meike Rawis ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar